Wireless Security
Pengamanan perangkat wireless security pada media pc,
laptop, dan notebook dilakukanlah beberapa kegiatan dan aktivitas, yaitu :
1. Menyembunyikan SSID
Banyak administrator
menyembunyikan Services Set Id (SSID) jaringan wireless mereka dengan maksud
agar hanya yang mengetahui SSID yang dapat terhubung ke jaringan mereka. Hal
ini tidaklah benar, karena SSID sebenarnya tidak dapat disembuyikan secara
sempurna. Pada saat saat tertentu atau khususnya saat client akan terhubung
(assosiate) atau ketika akan memutuskan diri (deauthentication) dari sebuah
jaringan wireless, maka client akan tetap mengirimkan SSID dalam bentuk plain
text (meskipun menggunakan enkripsi), sehingga jika kita bermaksud menyadapnya,
dapat dengan mudah menemukan informasi tersebut. Beberapa tools yang dapat
digunakan untuk mendapatkan ssid yang dihidden antara lain, kismet (kisMAC),
ssid_jack (airjack), aircrack , void11 dan masih banyak lagi.
2. Keamanan Wireless dengan metode Wired Equivalent Privacy (WEP)
WEP merupakan
standart keamanan & enkripsi pertama yang digunakan pada wireless, WEP
(Wired Equivalent Privacy) adalah suatu metoda pengamanan jaringan nirkabel,
disebut juga dengan Shared Key Authentication. Shared Key Authentication adalah
metoda otentikasi yang membutuhkan penggunaan WEP. Enkripsi WEP menggunakan
kunci yang dimasukkan (oleh administrator) ke client maupun access point. Kunci
ini harus cocok dari yang diberikan akses point ke client, dengan yang
dimasukkan client untuk authentikasi menuju access point, dan WEP mempunyai
standar 802.11b.
Proses Shared Key
Authentication:
1. client meminta asosiasi ke access point, langkah ini sama
seperti Open System Authentication.
2. access point mengirimkan text challenge ke client secara
transparan.
3. client akan memberikan respon dengan mengenkripsi text
challenge dengan menggunakan kunci WEP dan mengirimkan kembali ke access point.
4. access point memberi respon atas tanggapan client, akses
point akan melakukan decrypt terhadap respon enkripsi dari client untuk
melakukan verifikasi bahwa text challenge dienkripsi dengan menggunakan WEP key
yang sesuai. Pada proses ini, access point akan menentukan apakah client sudah
memberikan kunci WEP yang sesuai. Apabila kunci WEP yang diberikan oleh client
sudah benar, maka access point akan merespon positif dan langsung
meng-authentikasi client. Namun bila kunci WEP yang dimasukkan client adalah
salah, maka access point akan merespon negatif dan client tidak akan diberi
authentikasi. Dengan demikian, client tidak akan terauthentikasi dan tidak
terasosiasi.
Menurut Arief Hamdani
Gunawan, Komunikasi Data via IEEE 802.11, Shared Key Authentication
kelihatannya lebih aman dari dari pada Open System Authentication, namun pada
kenyataannya tidak. Shared Key malah membuka pintu bagi penyusup atau cracker.
Penting untuk dimengerti dua jalan yang digunakan oleh WEP. WEP bisa digunakan
untuk memverifikasi identitas client selama proses shared key dari
authentikasi, tapi juga bisa digunakan untuk men-dekripsi data yang dikirimkan
oleh client melalui access point.
WEP memiliki berbagai
kelemahan antara lain :
* Masalah kunci yang lemah, algoritma RC4 yang digunakan
dapat dipecahkan.
* WEP menggunakan kunci yang bersifat statis
* Masalah initialization vector (IV) WEP
* Masalah integritas pesan Cyclic Redundancy Check (CRC-32).
WEP terdiri dari dua
tingkatan, yakni kunci 64 bit, dan 128 bit. Sebenarnya kunci rahasia pada kunci
WEP 64 bit hanya 40 bit, sedang 24bit merupakan Inisialisasi Vektor (IV).
Demikian juga pada kunci WEP 128 bit, kunci rahasia terdiri dari 104bit.
Serangan-serangan pada kelemahan WEP antara lain :
* Serangan terhadap kelemahan inisialisasi vektor (IV),
sering disebut FMS attack. FMS singkatan dari nama ketiga penemu kelemahan IV
yakni Fluhrer, Mantin, dan Shamir. Serangan ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan IV yang lemah sebanyak-banyaknya. Semakin banyak IV lemah yang
diperoleh, semakin cepat ditemukan kunci yang digunakan
* Mendapatkan IV yang unik melalui packet data yang
diperoleh untuk diolah untuk proses cracking kunci WEP dengan lebih cepat. Cara
ini disebut chopping attack, pertama kali ditemukan oleh h1kari. Teknik ini
hanya membutuhkan IV yang unik sehingga mengurangi kebutuhan IV yang lemah
dalam melakukan cracking WEP.
* Kedua serangan diatas membutuhkan waktu dan packet yang
cukup, untuk mempersingkat waktu, para hacker biasanya melakukan traffic
injection. Traffic Injection yang sering dilakukan adalah dengan cara
mengumpulkan packet ARP kemudian mengirimkan kembali ke access point. Hal ini
mengakibatkan pengumpulan initial vektor lebih mudah dan cepat. Berbeda dengan
serangan pertama dan kedua, untuk serangan traffic injection,diperlukan
spesifikasi alat dan aplikasi tertentu yang mulai jarang ditemui di toko-toko,
mulai dari chipset, versi firmware, dan versi driver serta tidak jarang harus
melakukan patching terhadap driver dan aplikasinya.
3. Keamanan wireless dengan metode WI-FI Protected Accsess (WPA)
Merupakan rahasia
umum jika WEP (Wired Equivalent Privacy) tidak lagi mampu diandalkan untuk menyediakan
koneksi nirkabel (wireless) yang aman dari ulah orang usil atau ingin mengambil
keuntungan atas apa yang kita miliki—dikenal dengan jargon hackers. Tidak lama
setelah proses pengembangan WEP, kerapuhan dalam aspek kriptografi muncul.
Berbagai macam
penelitian mengenai WEP telah dilakukan dan diperoleh kesimpulan bahwa walaupun
sebuah jaringan wireless terlindungi oleh WEP, pihak ketiga (hackers) masih
dapat membobol masuk. Seorang hacker yang memiliki perlengkapan wireless
seadanya dan peralatan software yang digunakan untuk mengumpulkan dan
menganalisis cukup data, dapat mengetahui kunci enkripsi yang digunakan.
Menyikapi kelemahan
yang dimiliki oleh WEP, telah dikembangkan sebuah teknik pengamanan baru yang
disebut sebagai WPA (WiFI Protected Access). Teknik WPA adalah model kompatibel
dengan spesifikasi standar draf IEEE 802.11i. Teknik ini mempunyai beberapa
tujuan dalam desainnya, yaitu kokoh, interoperasi, mampu digunakan untuk
menggantikan WEP, dapat diimplementasikan pada pengguna rumahan atau corporate,
dan tersedia untuk publik secepat mungkin. Adanya WPA yang
"menggantikan" WPE, apakah benar perasaan "tenang" tersebut
didapatkan? Ada banyak tanggapan pro dan kontra mengenai hal tersebut. Ada yang
mengatakan, WPA mempunyai mekanisme enkripsi yang lebih kuat. Namun, ada yang
pesimistis karena alur komunikasi yang digunakan tidak aman, di mana teknik
man- in-the-middle bisa digunakan untuk mengakali proses pengiriman data. Agar
tujuan WPA tercapai, setidaknya dua pengembangan sekuriti utama dilakukan.
Teknik WPA dibentuk untuk menyediakan pengembangan enkripsi data yang menjadi
titik lemah WEP, serta menyediakan user authentication yang tampaknya hilang
pada pengembangan konsep WEP.
Teknik WPA didesain
menggantikan metode keamanan WEP, yang menggunakan kunci keamanan statik,
dengan menggunakan TKIP (Temporal Key Integrity Protocol) yang mampu secara
dinamis berubah setelah 10.000 paket data ditransmisikan. Protokol TKIP akan
mengambil kunci utama sebagai starting point yang kemudian secara reguler
berubah sehingga tidak ada kunci enkripsi yang digunakan dua kali. Background
process secara otomatis dilakukan tanpa diketahui oleh pengguna. Dengan
melakukan regenerasi kunci enkripsi kurang lebih setiap lima menit, jaringan
WiFi yang menggunakan WPA telah memperlambat kerja hackers yang mencoba
melakukan cracking kunci terdahulu.
Walaupun menggunakan
standar enkripsi 64 dan 128 bit, seperti yang dimiliki teknologi WEP, TKIP
membuat WPA menjadi lebih efektif sebagai sebuah mekanisme enkripsi. Namun,
masalah penurunan throughput seperti yang dikeluhkan oleh para pengguna
jaringan wireless seperti tidak menemui jawaban dari dokumen standar yang
dicari. Sebab, masalah yang berhubungan dengan throughput sangatlah bergantung
pada hardware yang dimiliki, secara lebih spesifik adalah chipset yang
digunakan. Anggapan saat ini, jika penurunan throughput terjadi pada
implementasi WEP, maka tingkat penurunan tersebut akan jauh lebih besar jika
WPA dan TKIP diimplementasikan walaupun beberapa produk mengklaim bahwa
penurunan throughput telah diatasi, tentunya dengan penggunaan chipset yang
lebih besar kemampuan dan kapasitasnya.
Proses otentifikasi
WPA menggunakan 802.1x dan EAP (Extensible Authentication Protocol). Secara
bersamaan, implementasi tersebut akan menyediakan kerangka kerja yang kokoh
pada proses otentifikasi pengguna. Kerangka-kerja tersebut akan melakukan
utilisasi sebuah server otentifikasi terpusat, seperti RADIUS, untuk melakukan
otentifikasi pengguna sebelum bergabung ke jaringan wireless. Juga diberlakukan
mutual authentification, sehingga pengguna jaringan wireless tidak secara
sengaja bergabung ke jaringan lain yang mungkin akan mencuri identitas
jaringannya.
Mekanisme enkripsi
AES (Advanced Encryption Standard) tampaknya akan diadopsi WPA dengan mekanisme
otentifikasi pengguna. Namun, AES sepertinya belum perlu karena TKIP
diprediksikan mampu menyediakan sebuah kerangka enkripsi yang sangat tangguh
walaupun belum diketahui untuk berapa lama ketangguhannya dapat bertahan.
Bagi para pengguna
teknologi wireless, pertanyaannya bukanlah dititikberatkan pada pemahaman
bahwaWPAadalah lebih baik dari WEP, namun lebih kepada improvisasi tepat guna
yang mampu menyelesaikan masalah keamanan wireless saat ini. Di kemudian hari,
kita akan beranggapan pengguna adalah raja. Apa yang dibutuhkan para pengguna
teknologi wireless adalah kemudahan menggunakan teknologi itu. Untuk dapat
menggunakan "kelebihan" yang dimiliki WPA, pengguna harus memiliki
hardware dan software yang kompatibel dengan standar tersebut. Dari sisi
hardware, hal tersebut berarti wireless access points dan wireless NIC (Network
Interface Card) yang digunakan harus mengenali standar WPA. Sayang, sebagian
produsen hardware tidak akan mendukung WPA melalui firmware upgrade, sehingga pengguna
seperti dipaksa membeli wireless hardware baru untuk menggunakan WPA.
Dari sisi software,
belum ada sistem operasi Windows yang mendukung WPA secara default. Komputer
yang menggunakan system operasi Windows dengan hardware kompatibel dengan standar
WPA dapat mengimplementasikannya setelah menginstal WPA client. WPA client baru
dapat bekerja pada sistem operasi Windows Server 2003 dan Windows XP. Bagi para
pengguna sistem operasi lainnya belum ditemukan informasi mengenai kemungkinan
mengimplementasikan WPA.
Melakukan migrasi
hardware dan implementasi WPA dapat dibayangkan sebagai sebuah pekerjaan yang
sangat besar. Untungnya, hal tersebut bukanlah sesuatu yang harus dilakukan
pada saat yang bersamaan. Wireless Access Points dapat mendukung WPA dan WEP
secara bersamaan. Hal ini memungkinkan migrasi perlahan ke implementasi WPA.
Pada jaringan
wireless yang membutuhkan tingkat sekuriti tingkat tinggi, variasi sistem
tambahan proprietari dibuat untuk menjadi standar transmisi WiFi. Pada
perkembangannya, beberapa produsen WiFi telah mengembangkan teknologi enkripsi
untuk mengakomodasi kebutuhan pengamanan jaringan wireless.
4. MAC Filtering
Hampir setiap wireless access point maupun router
difasilitasi dengan keamanan MAC Filtering. Hal ini sebenarnya tidak banyak
membantu dalam mengamankan komunikasi wireless, karena MAC address sangat mudah
dispoofing atau bahkan dirubah. Tools ifconfig pada OS Linux/Unix atau beragam
tools spt network utilitis, regedit, smac, machange pada OS windows dengan
mudah digunakan untuk spoofing atau mengganti MAC address. Penulis masih sering
menemukan wifi di perkantoran dan bahkan ISP (yang biasanya digunakan oleh
warnet-warnet) yang hanya menggunakan proteksi MAC Filtering. Dengan
menggunakan aplikasi wardriving seperti kismet/kisMAC atau aircrack tools,
dapat diperoleh informasi MAC address tiap client yang sedang terhubung ke
sebuah Access Point. Setelah mendapatkan informasi tersebut, kita dapat
terhubung ke Access point dengan mengubah MAC sesuai dengan client tadi. Pada
jaringan wireless, duplikasi MAC adress tidak mengakibatkan konflik. Hanya
membutuhkan IP yang berbeda dengan client yang tadi.
5. Captive Portal
Infrastruktur Captive Portal awalnya didesign untuk
keperluan komunitas yang memungkinkan semua orang dapat terhubung (open
network). Captive portal sebenarnya merupakan mesin router atau gateway yang
memproteksi atau tidak mengizinkan adanya trafik hingga user melakukan
registrasi/otentikasi. Berikut cara kerja captive portal :
* user dengan wireless client diizinkan untuk terhubung
wireless untuk mendapatkan IP address (DHCP).
* block semua trafik kecuali yang menuju ke captive portal
(Registrasi/Otentikasi berbasis web) yang terletak pada jaringan kabel.
* redirect atau belokkan semua trafik web ke captive portal
* setelah user melakukan registrasi atau login, izinkan
akses ke jaringan (internet).
Beberapa hal yang
perlu diperhatikan, bahwa captive portal hanya melakukan tracking koneksi
client berdasarkan IP dan MAC address setelah melakukan otentikasi. Hal ini
membuat captive portal masih dimungkinkan digunakan tanpa otentikasi karena IP
dan MAC adress dapat dispoofing. Serangan dengan melakukan spoofing IP dan MAC.
Spoofing MAC adress seperti yang sudah dijelaskan pada bagian 4 diatas. Sedang
untuk spoofing IP, diperlukan usaha yang lebih yakni dengan memanfaatkan ARP
cache poisoning, kita dapat melakukan redirect trafik dari client yang sudah
terhubung sebelumnya. Serangan lain yang cukup mudah dilakukan adalah
menggunakan Rogue AP, yaitu mensetup Access Point (biasanya menggunakan HostAP)
yang menggunakan komponen informasi yang sama seperti AP target seperti SSID,
BSSID hingga kanal frekuensi yang digunakan. Sehingga ketika ada client yang
akan terhubung ke AP buatan kita, dapat kita membelokkan trafik ke AP
sebenarnya. Tidak jarang captive portal yang dibangun pada suatu hotspot
memiliki kelemahan pada konfigurasi atau design jaringannya. Misalnya,
otentikasi masih menggunakan plain text (http), managemen jaringan dapat
diakses melalui wireless (berada pada satu network), dan masih banyak lagi.
Kelemahan lain dari captive portal adalah bahwa komunikasi data atau trafik
ketika sudah melakukan otentikasi (terhubung jaringan) akan dikirimkan masih
belum terenkripsi, sehingga dengan mudah dapat disadap oleh para hacker. Untuk
itu perlu berhati-hati melakukan koneksi pada jaringan hotspot, agar
mengusahakan menggunakan komunikasi protokol yang aman seperti https,pop3s,
ssh, imaps dst.
http://pandanputi.blogspot.com/2011/09/wireless-security.html
werless security
0 Response to " werless security"
Posting Komentar